Apresiasi Karya Sastra Puisi Ibu Karya Chairil Anwar
APRESIASI KARYA SASTRA Puisi Ibu : Karya Chairil Anwar
Secara
etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya
berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem.
Mengenai kata poet, menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang
berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti
orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai
dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan
tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang
dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Salah satu orang yang dapat berpenglihatan tajam adalah
Chairil Anwar. Chairil
Anwar dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" (dari karyanya yang
berjudul Aku), adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah
menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia
dinobatkan oleh H.B. Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern
Indonesia.
Salah satu yang menarik tentangnya adalah saat ia melukiskan tentang ibunya. Sesudah
nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa
membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi
nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang
liar. Beberapa puisinya juga menunjukan kecintaanya pada ibu sejak kecil.
IBU
Pernah aku
ditegur
Katanya
untuk kebaikan
Pernah aku
dimarah
Katanya
membaiki kelemahan
Pernah aku
diminta membantu
Katanya
supaya aku pandai
Ibu ...
Pernah aku
merajuk
Katanya aku
manja
Penah aku
melawan
Katanya aku
degil
Katanya aku
lemah
Ibu ...
Setiap kali
aku tersilap
Dia hukum
aku dengan nasihat
Setiap kali
aku kecewa
Dia bangun
di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali
aku dalam kesakitan
Dia obati
dengan penawar dan semangat
Dan bila aku
mencapai kejayaan
Dia kata
bersyukurlah pada Tuhan
Namun ...
Tidak pernah
aku lihat air mata dukamu
Mengalir ddi
pipimu
Begitu
kuatnya dirimu ..
Ibu ..
Aku sayang
padamu ..
Tuhanku ...
Aku bermohon
padaMu
Sejahterakanlah
dia
Selamanya
...
Karya : Chairil Anwar
Karya : Chairil Anwar
Puisi Ibu karya chairil Anwar sangat menyentuh hati
sehingga bagi orang yang membacanya akan membuat mata berkaca – kaca disebabkan
mirisnya kata – kata yang sangat menyentuh hati kita mengingat besarnya
pengorbanan seorangibu untuk sang anaknya. Memang tidak diragukan lagi akan
hasil karya sang penulis legendaris ini banyak hasilnya di cari orang yang
menyenangi karya sastra. Selain puisi tentang ibu banyak juga yang lainnya yang
ditulis oleh Charil Anwar. Kami tertarik membahasnya karena kami tahu ada nilai
yang bisa diambil setelah menganalisis puisi ini terkhususnya dengan
menjabarkan satu persatu unsur instrinsiknya.
UNSUR INSTRINSIK PUISI
UNSUR INSTRINSIK PUISI
Kami akan menjelaskan puisi ini dengan berusaha menemukan unsur instrinsik
dari puisi Ibu karya Chairil Anwar.
Tema (sense) adalah
gagasan utama dari puisi baik yang tersirat maupun tersurat. Tema dari puisi
“ibu” yang diciptakan oleh Chairil Anwar adalah sebuah perasaan terima
kasih dari seorang anak kepada seorang ibu yang telah merawat dan
membesarkannya dengan kasih sayang yang tulus.
Tipografi disebut juga ukiran
bentuk puisi. Tipografi adalah tatanan larik, bait, kalimat, frase, kata dan
bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan
suasana. Tipografi dalam puisi “ibu” oleh Chairil Anwar adalah berbentuk
lurus kebawah dan tertata rapi. Tidak ada yang berlebihan hanyalah suatu perasaan seorang
anak yang mendalam bagi seorang ibu
yangmungkin membacanya, sang pembaca akan terbawa pada suasana yang lebih tenang, sedih dan haru
yang mendalam.
Amanat (intention) atau
pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan penyair melalui karyanya. Amanat
dalam puisi tersebut adalah bagaimana seorang anak mengungkapkan rasa syukur
kepada Tuhan yang maha kuasa atas berkat yang begitu berlimpah telah memberikan
seorang ibu yang begitu mengasihinya dengan tulus dan dengan penuh kasih sayang
yang sejati.
Nada (tone), yaitu
sikap penyair terhadap pembacanya, misalnya sikap rendah hati, menggurui,
mendikte, persuasif, dan lain-lain. Nada dalam puisi tersebut adalah membuat
sang pembaca membaca dengan nada yang miris dan penuh penghayatan akan sosok
yang ada di dalam puisi tersebut.
Rasa atau emosional adalah
sentuhan perasaan penulisannya dalam bentuk kepuasan, keheranan, kesedihan,
kemarahan atau yang lain. Rasa dalam puisi tersebut adalah merasakan sedih , terharu, dan
rasa terima kasih .
Perasaan (feeling) adalah
sikap pengarang terhadap tema (subjek matter) dalam puisinya, misalnya
simpatik, konsisten, senang, sedih, kecewa, dan lain-lain. Pada puisi ini,
penyair memiliki perasaan yang mengungkapkan terimakasih serta meminta maaf
kepada sang ibu.
Enjambemen adalah pemotongan
kalimat atau frase diakhir larik, kemudian meletakkan potongan itu pada awal
larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberi tekanan pada bagian tertentu
ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan bagian
berikutnya. Puisi ini memiliki pengulangan kata depan yang terdapat
disetiap dua barisnya (a-b-a-b)
Kata konkret (imajinasi) adalah
penggunaan kata-kata yang tepat (diksi yang baik) atau bermakna denotasi oleh
penyair. Puisi yang berjudul “ibu” ini tidak terlalu memuat kata-kata
kiasan atau majas yang berlebihan. Jadi, penggunaan kata konkret di dalam puisi
ini sangat memiliki porsi yang banyak sehingga dapat membuat orang yang awam
akan puisi dapat mengerti dengan mudah.
Diksi adalah pilihan kata yang
dipakai untuk mengungkapkan perasaan dalam puisi. Diksi yang dipakai oleh
penyair menggabarkan rasa hormat kepada ibu dan menunjukkan perasaan yang dalam
karena menggunakan kata-kata yang dalam sehingga mampu menyentuh hati pembaca
dan pendengar puisi ini.
Akulirik adalah tokoh aku
(penyair) di dalam puisi. Dalam puisi ini, penyair memerankan dirinya
sebagai tokoh anak yang sedang berbicara kepada ibunya.
Rima adalah pengindah puisi
dalam bentuk pengulangan bunyi baik awal, tengah maupun akhir. Rima dalam puisi
tersebut adalah dengan kata “ibu” dan peekanannya juga ada pada kata tersebut.
Verifikasi adalah berupa rima
(persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di akhir); ritma
(tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi).Persamaan bunyi (rima)
terdapat pada beberapa kata, seperti kata “ibu”. Ritma disini tergantung pada si
pembaca puisi yang menjiwai puisi ini.
Majas adalah cara penyair
menjelaskan pikirannya melalui gaya bahasa yang indah dalam bentuk puisi. Majas
dalam puisi tersebut adalah tata bahasa dan penekanan yang ada dalam puisi
dengan judul “ibu” dan penyair menulis dengan gaya yang indah dan dapat
dirasakan juga agi sang pembaca sehingga puisi tersebut dapat tersampaikan.
Citraan (pengimajian) adalah
gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar
pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah
efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh
penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indera
penglihatan). Citraan dalam puisi “ibu” oleh chairil Anwar adalah menggambarkan
apa yang dirasakn sang penulis dan seorang pembaca juga akan merasakan hal yang
sama pada saat membaca puisi tersebut dengan penuh penghayatan.
KESIMPULAN
Dari semua pernyataan yang ada pada makalah kami dapat di deskripsikan
bahwa puisi memiliki suatu pesan yang mengandung nilai yang ingin disampaikan
oleh penulis bagi para pembaca. Kami dari kelompok dapat memahami apresiasi
karya sastra, bahwa apresiasi adalah “suatu kegiatan mengakrabi karya sastra
untuk mendapatkan pemahaman, penghayatan, dan penikmatan terhadap karya itu
hingga diperoleh kekayaan wawasan dan pengetahuan, kepekaan pikir, dan rasa
terhadap berbagai segi kehidupan”.
Relevansi kepada kehidupan setiap manusia adalah tentang cara menghormati
seorang ibu. Mungkin semua manusia di dunia ini akan tiba pada suatu titik
untuk melupakan kasih setia sang ibu, tetapi Charil hadir dan mengingatkan
kembali tentang ibu. Dengan cara menjabarkan masa lalunya bersama sang ibu yang
tetap memberikan nasihat dan teguran,
walau terkadang mungkin ia merasa bosan mendengarnya. Kembali lagi pada titik
tadi, akhirnya Charil sadar dan memahami kasih sayang sang ibu. Mungkin satu
kata bijak dapat menutup makalah ini : Kasih ayah sepanjang galah, kasih ibu
sepanjang jalan.
REFERENSI
http://books.google.co.id/books?id=7sektGy27UUC&pg=PA54&lpg=PA54&dq=unsur+intrinsik+dan+ekstrinsik+dibahas+kelas+%3F&source=bl&ots=jhjnWH2e0V&sig=HdwStvJa46VzfQNxInyWshU1Y-I&hl=en&sa=X&ei=xH8TU-CDMcS5rgfahICQAg&redir_esc=y#v=onepage&q=unsur%20intrinsik%20dan%20ekstrinsik%20dibahas%20kelas%20%3F&f=falsehttp://athamiri.wordpress.com/puisi/chairil-anwar/
http://kbbi.web.id/
Komentar
Posting Komentar